(Taiwan, ROC) --- Pada Selasa hari ini (7/10), Menteri Pertahanan Nasional (MND), Wellington Koo (顧立雄), mengonfirmasi relokasi pasukan inti Batalyon Pengintai Amfibi Komando Pasukan Khusus Udara Angkatan Darat, yang dikenal sebagai "Pasukan Katak Naga Laut", dari Kinmen ke Penghu. Ia menegaskan bahwa langkah ini merupakan penyesuaian yang didasarkan pada kebutuhan misi operasi pertahanan, seraya memastikan bahwa pertukaran militer antara Taiwan dengan Amerika Serikat akan terus berlanjut secara normal.
Batalyon Pengintai Amfibi ke-101 (ARB-101), yang sebelumnya berpusat di Kinmen dan Matsu, telah menyelesaikan misi relokasi seluruh kekuatan utamanya ke Penghu pada bulan September, setelah menyisakan sejumlah personel di lokasi lama. Pasukan elit ini kini menempati barak Niuxinwan di Xiyu, Penghu. Relokasi ini juga berarti pasukan khusus AS tidak lagi memberikan pelatihan bersama di Kinmen.
Beberapa analisis media mengaitkan waktu relokasi ini dengan dinamika hubungan AS-Tiongkok, termasuk negosiasi perdagangan dan potensi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Tiongkok Xi Jin-ping (習近平).
Saat diwawancarai di Yuan Legislatif, Wellington Koo menekankan bahwa keputusan relokasi ini adalah bagian dari strategi pertahanan Taiwan.
"Karena Taiwan dan AS memiliki pemahaman bersama bahwa menjaga perdamaian dan stabilitas regional adalah kepentingan inti kedua belah pihak, maka pertukaran militer Taiwan-AS juga berlangsung secara normal di bawah kerangka ini," jelas Wellington Koo.
Ia menambahkan, "Terkait relokasi Pasukan Katak Naga Laut ke Penghu, kami akan terus memperkuat kemampuan tempur kami sesuai dengan rencana operasi pertahanan, dan memperkuat ketahanan pertahanan kami."
Dalam kesempatan yang sama, Wellington Koo juga menanggapi rumor mengenai Rancangan Undang-Undang Khusus Operasi Asimetris dan Ketahanan Operasional yang diajukan MND kepada Yuan Eksekutif.
Rumor tersebut menyebutkan bahwa dalam Proyek Yuanxiao Angkatan Laut, pengadaan drone V-BAT cerdas lepas landas vertikal buatan AS dihargai hampir NT$100 juta per unit, melebihi harga pasar drone sejenis di dunia.
Wellington Koo dengan tegas membantah informasi tersebut, menyatakan bahwa itu tidak benar. Ia menjelaskan bahwa Angkatan Laut memiliki persyaratan kinerja dan spesifikasi yang spesifik, dan proses pengadaan akan dilakukan secara terbuka.