(Taiwan, ROC) -- Presiden Lai Ching-te (賴清德) hari ini (10/10) menyampaikan pidato Hari Nasional keduanya sejak menjabat. Ia mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun bersejarah bagi demokratisasi Taiwan, sekaligus menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Ia menegaskan bahwa “Taiwan yang demokratis” adalah poros perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Taiwan akan berupaya mempertahankan status quo, serta berharap Tiongkok mau meninggalkan cara-cara kekerasan dalam mengubah keadaan di Selat Taiwan, dan bersama-sama menjaga perdamaian serta stabilitas Indo-Pasifik.
Hari ini adalah Hari Nasional Republik Tiongkok (Taiwan) ke-114. Presiden Lai menghadiri “Acara Perayaan Hari Nasional ke-114 Republik Tiongkok” yang digelar di depan Istana Kepresidenan dan menyampaikan pidato bertema “Taiwan Baru yang Bangkit di Tengah Perubahan Dunia.”
Presiden menambahkan bahwa kisah perjuangan rakyat, baik yang bersatu menghadapi invasi dengan air mata dan darah, maupun mereka yang berkorban demi demokrasi, kebebasan, dan kedaulatan rakyat, semuanya menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa. Melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan, “Taiwan yang demokratis” telah menjadi jati diri yang paling jelas bagi 23 juta rakyat Taiwan, sekaligus menjadi cahaya harapan bagi mereka yang masih hidup di bawah pemerintahan otoriter.
Ia menegaskan, di tengah ekspansi terus-menerus kekuatan otoritarianisme dan tantangan serius terhadap tatanan internasional, keamanan di Selat Taiwan, Laut Tiongkok Timur, Laut Tiongkok Selatan, serta seluruh rantai pulau pertama kini menghadapi ancaman besar. Presiden menegaskan bahwa “Taiwan yang demokratis” akan berkomitmen untuk mempertahankan status quo dan menjaga perdamaian di Selat Taiwan, serta berharap Tiongkok dapat meninggalkan niat menggunakan kekerasan terhadap Taiwan dan bersama-sama menjaga perdamaian di kawasan.
Presiden mengungkapkan, “Taiwan yang demokratis adalah poros perdamaian dan stabilitas Indo-Pasifik, serta anggota masyarakat internasional yang bertanggung jawab. Kami akan berupaya mempertahankan status quo, menjaga perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan, serta mendorong kemakmuran regional. Kami juga berharap Tiongkok dapat menunjukkan tanggung jawab sebagai negara besar, berhenti memelintir Resolusi 2758 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta dokumen sejarah Perang Dunia II, dan meninggalkan penggunaan kekuatan militer dan metode koersif untuk mengubah status quo Selat Taiwan, demi bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas Indo-Pasifik.”
Dalam pidatonya, Presiden Lai juga menjelaskan pencapaian ekonomi Taiwan yang gemilang dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyatakan bahwa keberhasilan ini dipelopori oleh industri semikonduktor, teknologi informasi dan komunikasi, serta komponen elektronik. Semua itu merupakan aset berharga milik seluruh rakyat Taiwan, dan sebagai presiden, misinya adalah melindungi aset-aset berharga tersebut.
Presiden menyampaikan tiga strategi utama untuk memastikan keunggulan daya saing Taiwan, yaitu “memperluas investasi dalam negeri”, “memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional untuk memperluas jaringan global”, dan “membangun Gunung Pelindung Negeri untuk memperkuat kemampuan industri Taiwan.”
Ia juga mengumumkan rencana “10 Inisiatif Infrastruktur AI Baru”, dengan tujuan menjadikan Taiwan salah satu dari lima pusat komputasi global terdepan, serta berinvestasi besar dalam tiga teknologi kunci, yaitu komputasi kuantum, silikon fotonik, dan robotika. Taiwan juga akan membantu berbagai sektor mengadopsi teknologi AI dan mendorong penerapannya di semua bidang, sehingga Taiwan dapat bertransformasi menuju era kecerdasan penuh.
Presiden Lai menambahkan bahwa melalui anggaran pertahanan baru, Taiwan akan mencapai tiga sasaran utama. Yang pertama adalah mempercepat pembangunan “T-Dome”, yaitu sistem pertahanan udara berlapis, dengan kemampuan deteksi tinggi dan intersepsi efektif, untuk melindungi keselamatan jiwa dan harta rakyat. Kedua, mengintegrasikan teknologi tinggi dan AI dalam sistem pertahanan cerdas, guna meningkatkan kemampuan strategi asimetris dan efek pencegahan. Ketiga, terus berinvestasi dalam teknologi inovasi pertahanan, bekerja sama dengan industri militer negara-negara maju untuk memperkuat kemampuan pertahanan dan industri pertahanan nasional, serta memisahkan rantai pasokan dari pengaruh Tiongkok.
Presiden juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para “pahlawan sekop”, yaitu relawan penyelamat dari berbagai profesi, warga asing, serta aparat militer, polisi, dan petugas penyelamat di pusat maupun daerah. Ia mengatakan bahwa gerakan gotong royong spontan dari seluruh rakyat ini tidak ada bandingannya di dunia. Hal ini akan membuat dunia mengingat Taiwan sebagai negara kecil dengan banyak gunung ini, benar-benar penuh kasih dan hebat!
Menutup pidatonya, Presiden Lai mengungkapkan bahwa ke depan ia akan memimpin bangsa untuk bersatu dalam satu hati, tidak peduli hujan atau badai, tidak takut akan tantangan, dengan berani maju ke depan, dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik! Ia menutup dengan seruan penuh semangat: