(Taiwan, ROC) --- Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengumumkan pemberlakuan tarif tambahan sebesar 100% terhadap produk-produk Tiongkok, yang mana ini efektif mulai 1 November 2025.

Keputusan ini sontak memicu gelombang kekacauan di pasar mata uang kripto global. Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 24 jam terakhir, sebanyak 1.649.316 investor di seluruh dunia mengalami likuidasi paksa, dengan total nilai mencapai US$1,924 miliar. Peristiwa ini menandai sebuah keruntuhan masif yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Gelombang Likuidasi Paksa Melanda Pasar Kripto: Ratusan Miliar US$ Menguap, Mayoritas Aset Utama Anjlok Drastis

Pasar mata uang virtual global mengalami tekanan hebat. Ethereum dan Bitcoin menjadi yang paling terdampak, dengan likuidasi paksa masing-masing mencapai US$1,537 miliar dan US$1,105 miliar.

Sebuah insiden tunggal pada kontrak ETH-USDT di bursa Hyperliquid bahkan mencatatkan likuidasi paksa senilai US$203 juta.

Aset kripto utama lainnya turut terpuruk, Dogecoin anjlok hingga 50%, sementara PEPE dan PENGU juga mengalami penurunan signifikan. ENA merosot dari US$0,55 menjadi US$0,12, dan FARTCOIN kehilangan lebih dari separuh nilainya, terjun dari US$0,59 menjadi US$0,09.

Secara keseluruhan, data CoinGlass mengonfirmasi bahwa dalam 24 jam, 1.649.316 investor menghadapi likuidasi paksa, dengan total kerugian mencapai US$1,924 miliar.

Memahami Fenomena Likuidasi Paksa di Pasar Kripto

Dalam konteks perdagangan mata uang kripto, likuidasi paksa terjadi ketika seorang investor tidak memiliki margin yang memadai untuk menopang posisi terbuka mereka di tengah pergerakan pasar yang merugikan. Akibatnya, bursa secara otomatis menutup posisi tersebut untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

Dalam 24 jam terakhir, total nilai likuidasi paksa di seluruh jaringan mencapai US$13,132 miliar, sebuah angka yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa banyak investor yang mengambil posisi 'long' (beli) dengan ekspektasi kenaikan harga, justru harus menelan pil pahit saat pasar berbalik arah, memicu kerugian masif dan penutupan posisi secara paksa.

Para analis sepakat bahwa ketidakpastian politik global dan eskalasi perang dagang menjadi pemicu utama krisis ini, yang menyebabkan Bitcoin dan Ethereum anjlok tajam, serta menyebarkan kepanikan di kalangan investor.

Sejumlah trader bahkan terang-terangan menyebut periode ini sebagai hari terkelam dalam sejarah dunia kripto, di mana lebih dari 1,5 juta individu terdampak likuidasi dengan estimasi nilai antara US$9 miliar hingga US$13 miliar.

Eskalasi Perang Dagang: Ancaman Pelarian Modal Global dan Proyeksi Suram Pasar Kripto

Para pakar ekonomi menyoroti bahwa pemicu fundamental keruntuhan pasar kripto ini adalah keputusan Presiden Trump untuk menaikkan tarif impor terhadap Tiongkok. Langkah ini diperkirakan akan memperketat rantai pasok global dan membatasi likuiditas.

Analis menilai bahwa gelombang likuidasi paksa yang terjadi merupakan gladi resik bagi pasar keuangan dalam menghadapi perang dagang yang lebih intens.

Mereka memperingatkan, jika konfrontasi antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus memanas, sentimen panik akan merembet ke seluruh aset berisiko tinggi.

"Ada kekhawatiran serius bahwa Bitcoin dapat tergelincir di bawah level US$100.000, dan gelombang pelarian modal global mungkin baru saja akan dimulai," demikian proyeksi suram dari sejumlah pengamat pasar.