Skip to the main content block
::: Home| Panduan Website| Podcasts|
|
Language

Formosa Dream Chasers - Programs - RTI Radio Taiwan International-logo

Acara
| Ikhtisar
Kategori
Penyiar Pedoman Acara
Berita Terpopuler
繁體中文 简体中文 English Français Deutsch Indonesian 日本語 한국어 Русский Español ภาษาไทย Tiếng Việt Tagalog Bahasa Melayu Українська Panduan website

Dampak Penurunan dan Penuaan Populasi terhadap Ekonomi Eropa: Kekhawatiran yang Mengintai

10/05/2024 Perspektif
Dampak Penurunan dan Penuaan Populasi terhadap Ekonomi Eropa: Kekhawatiran yang Mengintai 圖/PEXELS
Dampak Penurunan dan Penuaan Populasi terhadap Ekonomi Eropa: Kekhawatiran yang Mengintai 圖/PEXELS

(Taiwan, ROC) --- Penuaan populasi yang cepat dan tingkat kelahiran rendah membuat Eropa menghadapi krisis demografi, para ekonom khawatir ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi Eropa di masa depan dan meningkatkan beban keuangan negara-negara tersebut.

 

Menerima Realita Ekonomi Penuaan Populasi

Faktor-faktor seperti penuaan populasi, penekanan pada waktu luang dibandingkan mencari uang, dan perlindungan hak-hak pekerja, telah lama menyebabkan ekonomi Eropa menurun.

Max Planck Institute for Demographic Research (MPIDR) di Jerman menunjukkan bahwa sejak tahun 2008, tingkat kelahiran di Eropa secara umum telah berhenti naik, dan bahkan menurun di beberapa bagian.

Data dari Eurostat mengindikasikan bahwa tanpa imigrasi, populasi Eropa sudah akan mengalami pertumbuhan negatif. Krisis struktur populasi Eropa sudah menjadi kenyataan yang tak terelakkan.

Bagi Presiden Prancis Emmanuel Macron, lebih banyak bayi sangat penting untuk mempertahankan vitalitas bangsa Prancis. Sedangkan Perdana Menteri Italia Georgia Meloni telah menetapkan untuk mendorong lebih banyak wanita memiliki anak sebagai prioritas utamanya.

Namun, demografer dan ekonom mengatakan bahwa upaya Eropa untuk meningkatkan tingkat kelahiran yang surut tidak berhasil, serta mendesak negara-negara untuk memikirkan kembali, termasuk mengubah strategi, untuk menerima dan memeluk realita ekonomi dari penuaan populasi.

Anna Matysiak, Profesor Asosiasi Pasar Tenaga Kerja dan Dinamika Keluarga di University of Warsaw, Polandia, menunjukkan bahwa kebijakan kelahiran di Eropa Tengah selama bertahun-tahun telah mengecewakan. Sangat, sangat sulit untuk bisa meningkatkan tingkat kelahiran.

Selama 10 tahun terakhir, tingkat kelahiran di Eropa telah stagnan di sekitar 1,5 anak per wanita. Meskipun lebih tinggi dari titik rendah di Asia Timur, tetapi masih jauh di bawah 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat populasi.

 

Kebijakan Keluarga Mendukung, Tetapi Tingkat Kelahiran Tetap Lemah

Matysiak dan para ahli lainnya percaya bahwa, dalam waktu dekat, rasio ini sangat tidak mungkin tercapai.

Pemerintah di seluruh Eropa telah menghabiskan miliaran euro untuk mempromosikan dasar-dasar kesejahteraan, termasuk pengeluaran dana untuk mendukung anak-anak, mulai dari insentif tunai langsung, hingga pemotongan pajak untuk keluarga besar, cuti orang tua berbayar, dan tunjangan anak.

Namun, bahkan di negara-negara seperti Prancis dan Ceko, yang memiliki tingkat kelahiran yang relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir, yakni sekitar 1,8, kini mengalami penurunan.

Profesor dari Universitas Madrid di Spanyol, Marta Seiz, mengatakan bahwa faktor-faktor seperti lonjakan biaya perumahan dan kurang nya keamanan pekerjaan memiliki keterkaitan dengan tingkat kelahiran rendah di Spanyol.

Tingkat kelahiran di Spanyol adalah 1,19, yang merupakan kedua terendah di Eropa, hanya sedikit lebih tinggi dari Malta.

Seiz mengatakan, "Orang-orang ingin memiliki anak, ingin memiliki mereka lebih cepat, tetapi karena alasan struktural, mereka tidak dapat melakukannya."

 

Perubahan Budaya yang Lebih Dalam

Kesulitan ekonomi ini ada di mana-mana. Namun, juga ada bukti bahwa sikap budaya yang lebih dalam terhadap sistem keluarga telah berubah.

Sebagai contoh, di Norwegia, sebuah negara kaya dengan sistem dukungan keluarga yang kuat dan keamanan pekerjaan, tingkat kelahiran pada tahun 2022 turun drastis, dari 2 pada tahun 2009 menjadi 1,41, yang merupakan tingkat terendah yang pernah tercatat.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporan tahun 2023, menganalisis penyebab penurunan tingkat kelahiran, termasuk perubahan peran gender, fokus pada karier, dan media sosial yang memperbesar perasaan tidak aman.

Demografer Finlandia, Anna Rotkirch, dalam menilai penurunan tingkat kelahiran di Finlandia, menyebutkan perubahan budaya yang mendalam ini.

Banyak anak muda membuat pilihan mendasar antara menjadi orang tua dan tujuan lain.

"Ini langsung berkaitan dengan jalan hidup, gaya hidup yang diidamkan, menyenangkan, dan menarik, serta nilai dan ideal yang lebih luas. Dalam skenario baru ini, tidak ada yang benar-benar tahu kebijakan keluarga apa yang dapat mendorong kelahiran," terang Anna Rotkirch.

 

Memperpanjang masa kerja untuk membongkar "bom waktu populasi"

Hal ini menimbulkan kekhawatiran, apakah Eropa akan terjebak dalam "bom waktu populasi" yang mengerikan, meliputi penuaan, kemerosotan sosial, ketidakmampuan mempertahankan pasokan pensiun, kekurangan tenaga kerja jangka panjang, dan tidak ada yang merawat orang tua.

Para ahli mengatakan ini tergantung pada apakah perekonomian Eropa dapat memanfaatkan beberapa leverage untuk menyesuaikan diri dengan masalah penuaan dan penurunan populasi.

Namun, ekonom dari Imperial College London, David Miles, membantah peringatan "bom waktu". Dia menyatakan, jika output per kapita dapat dipertahankan, maka bencana dapat dihindari.

Miles mengatakan, "Saat ini, umur 65 tahun adalah umur berhenti bekerja, logika ini memiliki kecacatan yang mendalam."

Di negara-negara Eropa yang didorong oleh sektor jasa, harapan hidup yang lebih panjang dan penurunan pekerjaan manual secara umum memungkinkan orang untuk tinggal di pasar tenaga kerja lebih lama.

Meskipun demikian, menaikkan usia pensiun masih merupakan isu yang sensitif di ranah politik. Contohnya, demonstrasi yang menentang reformasi pensiun Macron tahun lalu menjadi buktinya. Namun, sejak tahun 2000, usia pensiun di negara-negara ekonomi maju telah meningkat secara perlahan dan stabil.

 

Mengeksplorasi Potensi Wanita

Menambah peluang pekerjaan bagi wanita dapat membawa lebih banyak manfaat. Proporsi wanita di pasar tenaga kerja Eropa sekitar 69%, atau 11% lebih rendah dari pria, yang berarti ada potensi pengembangan yang tinggi.

Ekonom senior di Departemen Kebijakan Sosial OECD, Willem Adema, mengatakan, "Ini dapat menghasilkan sumber daya ekonomi tambahan... Kerja dari rumah dan pengaturan fleksibel lainnya adalah cara untuk membantu lebih banyak wanita bekerja."

Selain itu, Eropa juga dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dengan cara mengimpor tenaga kerja dari luar. Meskipun terdapat sentimen anti-imigran, Eropa saat ini telah bergantung pada sekitar 10 juta tenaga kerja non-Uni Eropa, yang berperan penting dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu.

Meskipun prediksi tentang dampak positif otomatisasi dan kecerdasan buatan terhadap pertumbuhan ekonomi masih diragukan, tetapi setidaknya hal tersebut menawarkan ruang untuk meningkatkan produktivitas.

Anna Rotkirch menekankan bahwa kebijakan keluarga yang mendukung calon orang tua sangatlah penting.

Namun, ia tetap menyerukan diskusi yang lebih luas tentang cara mengatasi masalah rendahnya tingkat kesuburan. Kebijakan keluarga tradisional saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah ini.

為提供您更好的網站服務,本網站使用cookies。

若您繼續瀏覽網頁即表示您同意我們的cookies政策,進一步了解隱私權政策。 

我了解