(Taiwan, ROC) --- Dalam jajaran Dewa-Dewi mitologi Tiongkok, satu nama berdiri sebagai penguasa tertinggi di kahyangan, dikenal dengan nama Kaisar Giok, atau Yu Huang Shang Di (玉皇上帝). Sosoknya begitu agung, menjadi raja dari segala Dewa dan pemimpin istana langit. Namun, siapakah sebenarnya Kaisar Giok? Perjalanannya untuk menduduki takhta tertinggi ini ternyata sangat panjang dan memiliki berbagai versi cerita yang luar biasa.
![]()
Kaisar Giok, atau Yu Huang Shang Di (玉皇上帝) 圖:維基百科
Asal-Usul: Dari Pemujaan Alam ke Sosok Dewa
Jauh sebelum Kaisar Giok dikenal, masyarakat Tiongkok kuno memiliki kepercayaan mendalam terhadap kekuatan alam, terutama Langit atau Tian 天. Sejak Dinasti Shang, Langit dipuja sebagai kekuatan tertinggi yang juga disebut Shang Di (Kaisar Tertinggi). Awalnya, ini adalah konsep Dewa Alam yang abstrak.
Seiring berjalannya waktu, terutama dengan berkembangnya ajaran Taoisme, sosok penguasa langit ini mulai dipersonifikasikan. Meskipun nama Kaisar Giok baru populer pada masa Dinasti Tang, kedudukannya sebagai Dewa tertinggi benar-benar dimantapkan pada masa Dinasti Song.
Dalam kepercayaan rakyat, Ia lebih akrab disapa dengan berbagai julukan, seperti Penguasa Langit, Langit Tua, atau Kakek Langit Tua.
Dua Kisah Legendaris Kelahirannya
Yang membuat sosok Kaisar Giok begitu menarik adalah kisah-kisah di balik asal-usulnya. Terdapat dua versi utama yang sangat terkenal, masing-masing membawa pesan moral yang berbeda.
1. Sang Pangeran Suci yang Bertapa
Menurut kitab suci Taoisme, Kaisar Giok dulunya adalah seorang pangeran di sebuah kerajaan bernama Guangyan Miaole (光嚴妙樂). Ia terlahir secara ajaib dari seorang permaisuri yang telah lama mendambakan anak. Sang pangeran tumbuh menjadi sosok yang sangat cerdas, welas asih, dan suka menolong sesama.
Namun, ia tidak tertarik pada kekuasaan duniawi. Setelah naik takhta, ia memilih untuk meninggalkan kerajaannya dan pergi bertapa di gunung. Ia menghabiskan waktu yang tak terbayangkan lamanya, melalui ribuan kalpa (satu kalpa adalah siklus waktu yang sangat panjang) untuk membina diri, menyebarkan ajaran kebaikan, dan mencapai pencerahan.
Berkat ketekunan dan pengorbanannya yang luar biasa, ia akhirnya diangkat menjadi Kaisar Giok, penguasa alam semesta.
![]()
Lukisan tinta Kaisar Giok di atas sutra semasa Dinasti Ming, Abad ke-16 圖:維基百科
2. Zhang Bai-ren, Tuan Tanah Dermawan yang Naik ke Surga
Kisah lain yang tak kalah populer berasal dari cerita rakyat. Diceritakan bahwa posisi Kaisar Giok pernah kosong karena para Dewa di Istana Langit bertikai, menyebabkan kekacauan di Tiga Alam. Untuk mengatasi ini, Dewa Taibai Jinxing 太白金星 (Bintang Emas Putih Agung) turun ke bumi untuk mencari sosok bijaksana yang pantas menjadi pemimpin baru.
Pilihannya jatuh pada seorang manusia biasa bernama Zhang Bai-ren (張百忍), seorang tuan tanah yang terkenal sangat dermawan dan baik hati. Setelah menguji karakternya, Taibai Jinxing menawarinya posisi sebagai Kaisar Giok. Awalnya, Zhang Bai-ren yang rendah hati menolak tawaran agung tersebut.
Namun, setelah dibujuk, ia akhirnya setuju dengan satu syarat unik, ia mau pergi ke Istana Langit, asalkan seluruh isi rumahnya, termasuk istri, anak-anak, para pelayan, bahkan hewan ternaknya, diizinkan ikut bersamanya. Hebatnya, permintaan ini dikabulkan. Kisah inilah yang menjadi asal mula peribahasa Tiongkok terkenal, 拔院升天 bá yuàn shēngtiān, yang berarti, satu orang terangkat ke surga, seluruh keluarganya ikut serta.
Dewa Taibai Jinxing 太白金星 (Bintang Emas Putih Agung) 圖:維基百科
Cerminan Nilai dan Keyakinan
Dari pemujaan alam yang agung, pangeran suci yang berkorban, hingga tuan tanah baik hati yang diangkat ke surga, kisah Kaisar Giok adalah cerminan evolusi kepercayaan dan budaya Tiongkok.
Ia bukan sekadar Dewa penguasa, melainkan juga simbol dari nilai-nilai luhur seperti welas asih, kebijaksanaan, keadilan, dan pengorbanan. Sosoknya mengajarkan bahwa keagungan sejati berasal dari kebajikan hati, sebuah pesan yang tetap relevan hingga kini.
Bagi masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia, Kaisar Giok bukan sekadar Dewa yang bertakhta jauh di langit. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan, sebuah keyakinan yang menyatu erat dengan tradisi dan keseharian. Hubungan antara Sang Penguasa Langit dengan umat manusia ini terjalin begitu kuat, terutama di tempat-tempat seperti Taiwan, Hong Kong, dan Malaysia.
Keyakinan yang Hidup dalam Keseharian
Di banyak komunitas Tionghoa, keyakinan terhadap Tian Gong 天公 (Kakek Langit), sebutan akrab untuk Kaisar Giok, begitu mengakar dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan praktik spiritual harian.
Banyak keluarga mendirikan tempat dupa untuk Langit di depan pintu utama atau di bawah balok penyangga rumah sebagai sarana untuk bersembahyang setiap pagi dan sore. Kehadiran altar sederhana ini menjadi pengingat konstan akan keberadaan Langit yang mengawasi dan memberkati.
Puncak dari penghormatan ini adalah perayaan Ulang Tahun Tian Gong (天公生) setiap tanggal 9 bulan pertama kalender Imlek. Pada hari ini, kelenteng dan rumah tangga di berbagai daerah akan menggelar upacara persembahan yang megah, menciptakan suasana sakral dan penuh syukur.
![]()
Festival Ulang Tahun Yu Huang pada Kuil Yuzun di Sanxing, Yilan, Taiwan 圖:維基百科
Makna Simbolis Sang Penguasa Langit
Lebih dari sekadar penguasa yang menegakkan hukum langit, Kaisar Giok adalah simbol dari kebajikan tertinggi. Ia melambangkan keadilan, welas asih, dan kebijaksanaan.
Ia digambarkan tidak memiliki wujud fisik yang pasti (無形無象) dan hadir di seluruh alam semesta (遍在宇宙), sehingga dipuji sebagai Sumber dari Segala Fenomena (萬法之源) dan Leluhur dari Semua Roh (群靈之宗).
Dalam berbagai kitab suci, diceritakan bahwa Kaisar Giok sering kali turun untuk mewariskan ajaran berharga dan membimbing umat manusia. Tujuannya mulia, berharap agar manusia mau bertobat, memperbaiki diri, dan pada akhirnya terbebas dari penderitaan untuk mencapai kebahagiaan sejati.
Pada intinya, Kaisar Giok tidak mewakili satu individu Dewa, melainkan merupakan personifikasi moral dari Langit itu sendiri. Ia adalah citra kebajikan agung dan menjadi simbol spiritual paling abadi dalam kebudayaan Tionghoa.