Skip to the main content block
::: Home| Panduan Website| Podcasts|
|
Language

Formosa Dream Chasers - Programs - RTI Radio Taiwan International-logo

Acara
| Ikhtisar
Kategori
Penyiar Pedoman Acara
Berita Terpopuler
繁體中文 简体中文 English Français Deutsch Indonesian 日本語 한국어 Русский Español ภาษาไทย Tiếng Việt Tagalog Bahasa Melayu Українська Panduan website

Jiwa Muda - Sebastian Susilo, Cinta Indonesia dan Taiwan dengan Cara Tersendiri

Sebastian Susilo saat datang ke kantor Rti
Sebastian Susilo saat datang ke kantor Rti
Sebastian Susilo (盧明威) saat mengkurasi pameran terkait identitasnya sebagai orang Indonesia keturunan Tionghoa (foto: 杜晉軒 / The News Lens)
Sebastian Susilo (盧明威) saat mengkurasi pameran terkait identitasnya sebagai orang Indonesia keturunan Tionghoa (foto: 杜晉軒 / The News Lens)
Foto bersama para pemenang dan kontestan terpilih Kompetisi Film Pendek Internasional #FindingTaiwan
Foto bersama para pemenang dan kontestan terpilih Kompetisi Film Pendek Internasional #FindingTaiwan

#FindingTaiwan, Kontes Film Pendek dari Pandangan Internasional

Setiap orang dapat memandang Taiwan dari pandangan pribadi yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, Taiwan akan mengingatkan mereka dengan hidangan lezat, sementara bagi yang lainnya, jalanan kota atau kenangan indah berbincang dengan penduduk setempat yang ramah merupakan kesan yang tak terlupakan.

Untuk itu, Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA) menggelar acara Kontes Film Pendek Internasional #FindingTAIWAN pada bulan April lalu, yang berakhir pada 31 Agustus 2025. Para peserta berasal dari berbagai kewarganegaraan dengan rentang semua usia serta dapat mengirimkan video dengan format vertikal maupun horizontal dengan bahasa apa pun, tapi harus menyertakan Taiwan dan sebaiknya menggunakan subtitel berbahasa Inggris untuk menjangkau seluruh khalayak. Video yang diterima adalah video-video yang berdurasi kurang dari 1 menit (termasuk judul atau kredit) dan tidak pernah memenangkan hadiah dalam kompetisi lain.

Selama periode yang ditentukan, MOFA telah menerima 283 entri dari seluruh dunia, dengan subjek yang beragam, mulai dari budaya dan lanskap hingga kehidupan sehari-hari dan kisah-kisah yang berpusat pada masyarakat. Setelah diskusi antar para juri panel, terpilihlah 20 entri video. Para kreator yang masuk daftar pendek ini terdiri dari sineas dari Taiwan, Filipina, Indonesia, Prancis, Malaysia, Vietnam, dan Hong Kong, yang membuktikan slogan, "siapa pun yang berhati dapat melihat Taiwan."

Terkait dengan itu, melalui laman Facebooknya, MOFA mengumumkan bahwa Taiwan telah mengumumkan daftar video dan kreator terpilih per 12 September. Kreator asal Indonesia, Fikry Emeraldien terpilih untuk 2 video kreasinya, yaitu “Best in Healthcare, Favorite for Study: #FindingTaiwan” dan “Why Muslim Women Feel Safe in Taiwan.” Fikry membuat kedua video pendek ini dari berbagai video pribadi dirinya sendiri ketika berkunjung dan melakukan studi penelitian di Taiwan. Dalam videonya, Anda dapat melihat bahwa Taiwan ramah dengan perempuan Muslim, cocok untuk berbagai kegiatan studi maupun layanan kesehatan di masyarakat.

 

Foto bersama para pemenang dan kontestan terpilih Kompetisi Film Pendek Internasional #FindingTaiwan

FNG Taichung Mengembangkan Mesin Daur Ulang Botol Plastik Berbasis AI

FNG Co., perusahaan berbasis di Taichung, Taiwan, telah mengembangkan mesin daur ulang botol plastik berbasis kecerdasan buatan (AI) yang mampu memilah botol secara otomatis berdasarkan warna dan jenis sebelum diproses. Teknologi ini tidak hanya mempercepat alur kerja daur ulang, tetapi juga mengurangi emisi dari proses transportasi.

Pendiri FNG, Tsai Jin-peng (蔡僅鵬), menjelaskan bahwa Taiwan memiliki lebih dari 1.000 jenis desain botol dan kemasan plastik, yang selama ini memerlukan proses pemilahan manual. Mesin cerdas ini mampu mengenali jenis botol, tingkat kompresi, dan kebersihannya—sehingga membantu mencegah kerusakan pada mesin daur ulang.

Untuk mempercepat integrasi teknologi AI, tim FNG mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Taiwan Design Research Institute. Tsai menekankan bahwa pendekatan ini menghindari miskomunikasi yang sering terjadi dalam pengembangan teknologi yang dialihdayakan, sekaligus menekan biaya operasional.

Selain mesin stasioner, FNG juga telah mengembangkan kendaraan daur ulang bergerak yang dilengkapi sistem untuk memilah, memampatkan, melepas label, dan menghancurkan botol di dalam kendaraan. Sejak tahun 2022, kendaraan ini telah berkeliling ke berbagai komunitas, sekolah, dan bisnis di seluruh Taiwan untuk mengumpulkan botol plastik. Sebagai insentif, pengguna akan menerima kredit sebesar NT$1 ke kartu EasyCard mereka untuk setiap empat botol yang didaur ulang.

Pelet plastik hasil daur ulang kemudian dikirimkan ke pabrik tekstil untuk diproses menjadi kain. Tsai menyebut bahwa kain tersebut dicetak menggunakan tinta ramah lingkungan, yang secara signifikan mengurangi konsumsi sumber daya dan polusi dalam proses produksi. Hingga kini, FNG telah membantu mendaur ulang lebih dari 5 juta botol plastik menjadi bahan tekstil.

Meski sekitar 80% botol plastik di Taiwan berwarna transparan dan cocok untuk dijadikan bahan kain, tingkat keberhasilan daur ulang masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya botol yang tidak dibuang sebelum dibuang. Botol yang terkena sisa makanan, saus, atau minyak dapat merusak mesin jika tidak disaring terlebih dahulu.

Taiwan sendiri menggunakan lebih dari 4,6 miliar botol plastik setiap tahun. Meskipun tingkat daur ulang mencapai 95%, volume yang sangat besar membuat sebagian botol masih berakhir di insinerator atau mencemari laut. Menurut organisasi lingkungan lokal, Re-Think, botol plastik termasuk salah satu jenis sampah yang paling sering ditemukan di sepanjang pesisir Taiwan.

 

Berapa Lama harus Mencuci Handuk? Mikrobiologis Menjelaskan Pencucian Handuk Terbaik

Setelah mandi, kita pasti akan menggunakan handuk untuk mengeringkan tubuh. Kita berasumsi, bahwa kulit yang baru dibersihkan sudah pasti bersih, jadi tidak masalah untuk tidak mencuci handuk setiap hari. Namun, para ahli mikrobiologi memberi tahu Anda bahwa handuk memang perlu dicuci lebih sering daripada yang Anda kira.

Seberapa sering handuk harus dicuci?

Dilansir dari Daily Mail, Dr. Primrose Freestone, ahli mikrobiologi klinis di Universitas Leicester di Inggris, menyarankan agar handuk dicuci setiap dua kali pemakaian. Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah atau sedang sakit, handuk bahkan harus dicuci setelah setiap kali digunakan.

Saat kita menggunakan handuk mandi atau handuk tangan untuk mengeringkan diri, handuk tersebut terkontaminasi ribuan sel kulit dan jutaan mikroorganisme. Studi menggunakan mikroskop menemukan bahwa handuk bekas mengandung bakteri dengan konsentrasi tinggi, termasuk Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus, dan Klebsiella yang berbahaya. Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan demam, asma, alergi, iritasi kulit, dan infeksi lainnya.

Oksigen, kehangatan, kelembapan, sisa deterjen, dan sel manusia merupakan "makanan" favorit mikroorganisme. Handuk bekas tidak cepat kering, dan bahannya yang tebal dan menyerap membuatnya sangat rentan terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur.

Setiap kali handuk digunakan kembali, handuk tersebut akan bersentuhan dengan keringat, cairan tubuh, sel kulit, dan mikroorganisme. Jika handuk bekas berbau apak atau pengap, hal itu disebabkan oleh senyawa organik volatil yang dihasilkan oleh bakteri dan jamur.

Bagaimana cara mencuci handuk bekas pakai dengan benar?

Untuk mencegah penyebaran bakteri dan infeksi, selain menghindari berbagi handuk, handuk mandi, dan sapu tangan, Anda juga harus mencucinya secara teratur.

Handuk direkomendasikan untuk dicuci dengan air hangat bersuhu 60°C dan deterjen. Cara ini dapat membunuh sebagian besar bakteri dan jamur serta mencegah bau tak sedap. Setelah dicuci, segera keringkan di bawah sinar matahari atau mesin pengering. Handuk akan meninggalkan aroma segar, bersih, dan seperti kapas.

Anda tidak perlu mencuci langsung handuk basah yang baru saja Anda gunakan, atau langsung membuangnya ke keranjang cucian. Handuk basah yang lembap tidak mudah menguap, dan kondisi lembap memungkinkan bakteri berkembang biak lebih cepat, yang tidak hanya dapat menyebabkan bau yang sulit dihilangkan, tetapi juga dapat mencemari pakaian lain. Disarankan untuk menggantungnya di tempat yang berventilasi agar kering terlebih dahulu, lalu memasukkannya ke dalam mesin cuci untuk dicuci jika ada waktu.

 

Keajaiban Alam yang Terkenal di Seluruh Taiwan: “Tebing Qingshui”

Tebing Qingshui—yang terletak di ruas Chongde Jalan Raya Suhua—terbentuk sekitar 250 juta tahun yang lalu akibat aktivitas patahan geologi. Awalnya tersembunyi di bawah laut, tebing ini secara bertahap terangkat ke atas karena tabrakan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Filipina sekitar 9 juta tahun lalu. Peristiwa inilah yang membentuk tebing yang kini terlihat di daratan. Posisi terbaik untuk menikmati pemandangan berada di anjungan pandang di samping pintu keluar Terowongan Chongde, atau di area rekreasi Dacingshui yang berada di dekatnya.

Nama lama daerah Chongde adalah “Takili,” yang dalam bahasa suku Truku berarti “tempat dengan hasil tangkapan ikan yang melimpah.” Tebing Qingshui membentang sepanjang 22,7 kilometer, dengan titik tertinggi tebing mencapai lebih dari 800 meter. Sisi tebing yang langsung jatuh ke laut tidak hanya menjadikannya pemandangan paling spektakuler di Jalan Suhua, tetapi juga tempat terbaik untuk kegiatan kano dan stand-up paddle (SUP). Saat fajar menyingsing, sinar mentari yang memantul di permukaan laut menciptakan kilauan indah, menjadikan Tebing Qingshui sebagai salah satu dari “Delapan Keajaiban Alam Taiwan”.

Namun, akibat gempa besar 3 April 2024, wilayah Hualien-Taitung mengalami kerusakan parah. Tebing Qingshui pun kerap ditutup untuk pemeliharaan, kembali mengingatkan kita akan dahsyatnya kekuatan alam.

 

Wawancara: Sebastian Susilo, Mencintai Indonesia dan Taiwan dengan Cara Tersendiri

Sebastian Susilo merupakan seorang warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yang fasih berbahasa Indonesia, Mandarin, Inggris, dan juga bahasa Jepang. Sejak kecil dirinya telah masuk ke lingkungan internasional dan kemudian memutuskan untuk mengambil studi di Taiwan.

Bagaimana ia menjelaskan identitas dirinya sekaligus mengenalkan budaya Tionghoa-Indonesia di tanah rantau? Yuk dengarkan di acara ini!

Sebastian Susilo (盧明威) saat mengkurasi pameran terkait identitasnya sebagai orang Indonesia keturunan Tionghoa (foto: 杜晉軒 / The News Lens)

為提供您更好的網站服務,本網站使用cookies。

若您繼續瀏覽網頁即表示您同意我們的cookies政策,進一步了解隱私權政策。 

我了解