Skip to the main content block
::: Home| Panduan Website| Podcasts|
|
Language

Formosa Dream Chasers - Programs - RTI Radio Taiwan International-logo

Acara
| Ikhtisar
Kategori
Penyiar Pedoman Acara
Berita Terpopuler
繁體中文 简体中文 English Français Deutsch Indonesian 日本語 한국어 Русский Español ภาษาไทย Tiếng Việt Tagalog Bahasa Melayu Українська Panduan website

Di Bawah Cahaya Rembulan Purnama: Sebuah Kisah Tentang Reuni, Kue Bulan, dan Tradisi Abadi

04/10/2025 Feng Shui
Feng Shui
Feng Shui

(Taiwan, ROC) --- Setiap tahun, ketika kalender Imlek memasuki malam ke-15 di bulan kedelapan, sebuah keajaiban kuno terulang kembali di separuh belahan dunia. Langit malam dihiasi rembulan yang paling bulat dan paling terang, menjadi saksi bisu bagi sebuah perayaan yang menghangatkan hati, Festival Pertengahan Musim Gugur. Lebih dari sekadar penanda kalender, festival ini adalah denyut nadi budaya, sebuah panggilan untuk pulang, dan sebuah perayaan atas panen kehidupan.

Dari Tiongkok hingga Korea, dari Vietnam hingga Jepang, jutaan orang berhenti sejenak untuk menatap langit yang sama, terhubung oleh tradisi yang telah diwariskan selama ribuan tahun.

 

Jantung Perayaan: Panggilan untuk Pulang dan Bersatu

Di balik semua kemeriahannya, esensi sejati dari Festival Pertengahan Musim Gugur adalah reuni (團圓 tuányuán). Ini adalah momen ketika keluarga yang terpencar kembali berkumpul di bawah satu atap, berbagi tawa dan cerita dalam sebuah makan malam bersama.

Di Hong Kong, pemerintah bahkan menetapkan hari libur pada hari setelah festival, sebuah kebijakan bijak yang memungkinkan perayaan berlangsung hingga larut malam tanpa khawatir harus bangun pagi.

Di Taiwan, tradisi ini berevolusi secara unik, sejak dekade 80-an, aroma daging panggang (barbeku) yang semerbak menjadi penanda festival, mengubah halaman depan rumah menjadi pusat kehangatan keluarga.

Slogan iklan satu keluarga memanggang, ribuan rumah tercium wanginya telah melahirkan sebuah tradisi modern yang dicintai.

 

Legenda Chang E yang sedari dahulu menemani Festival Pertengahan Musim Gugur. Foto: WIKIPEDIA

Simbol Manis Kebulatan: Dari Kue Bulan hingga Dango

Apa arti sebuah festival tanpa hidangan khasnya? Makanan dalam perayaan ini bukan sekadar pengisi perut, melainkan simbol yang sarat makna. Kue bulan (月餅 yuèbǐng) yang ikonik, dengan bentuknya yang bulat sempurna, adalah cerminan dari bulan purnama dan keutuhan keluarga. Namun, kelezatan festival ini tidak berhenti di situ.

Di Jepang, orang-orang menikmati tsukimi dango, bola-bola kue beras manis yang disusun menyerupai piramida sebagai persembahan kepada bulan. Bahkan raksasa makanan cepat saji pun ikut merayakannya dengan Tsukimi Burger musiman yang populer.

Sementara itu, di Korea, keluarga berkumpul untuk membuat songpyeon, kue beras berbentuk bulan sabit yang diisi dengan biji wijen atau kacang manis. Bentuknya yang tidak bulat penuh melambangkan harapan akan masa depan yang lebih baik, bulan yang akan terus bertumbuh menuju kepurnamaan.

Di Taiwan, selain barbeku, jeruk bali menjadi buah wajib karena namanya dalam bahasa Mandarin (yòuzi) terdengar mirip dengan kata perlindungan.

Buah-buahan musiman seperti belimbing, talas, dan kesemek juga turut meramaikan meja makan, menjadi persembahan rasa syukur atas karunia alam di puncak musim gugur.

 

Bulan di Festival Pertengahan Musim Gugur. Foto: 絕景日本

Pesta Cahaya dan Api: Legenda yang Dihidupkan Kembali

Ketika malam tiba, jalanan dan taman berubah menjadi lautan cahaya. Tradisi lampion yang semarak, terutama di wilayah selatan Tiongkok, Vietnam, Singapura, dan Malaysia, menciptakan pemandangan magis. Anak-anak di Vietnam dengan bangga membawa lampion berbentuk ikan mas, sebuah simbol harapan agar mereka kelak melompati gerbang naga dan meraih kesuksesan.

Di beberapa daerah, perayaan menjadi lebih dramatis. Di Desa Tieban, Matsu, dan beberapa wilayah di Fujian, tradisi Membakar Menara masih hidup. Warga menumpuk batu bata dan barang bekas, lalu membakarnya sebagai simbol membuang nasib buruk dan menyambut keberuntungan.

Sementara itu, di Xiamen, suasana menjadi riuh dengan permainan Bo Bing, sebuah permainan dadu yang diciptakan oleh pahlawan legendaris Koxinga untuk menghibur pasukannya yang merindukan rumah.

 

Perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur di Vietnam. Foto: Hello Vietnam

Gema dari Masa Lalu: Asal Usul di Antara Mitos dan Sejarah

Dari mana semua tradisi ini berasal? Akarnya terbenam jauh di dalam sejarah dan mitologi. Para sejarawan melacak istilah Zhongqiu (中秋) hingga ke kitab kuno Ritus Zhou, yang awalnya merujuk pada ritual menyambut cuaca dingin.

Namun, kebiasaan memuja dan menikmati bulan baru benar-benar populer pada masa Dinasti Tang, saat para sastrawan memuji keindahan malam musim gugur yang sejuk dan cerah.

Festival ini juga berkaitan erat dengan perayaan panen. Para ahli percaya bahwa ini adalah cara masyarakat agraris kuno berterima kasih kepada Dewa Tanah dan para Dewa atas hasil bumi yang melimpah.

Namun, yang membuat festival ini begitu memikat adalah legenda-legendanya yang tak lekang oleh waktu.

Kisah paling terkenal adalah tentang Chang'e yang terbang ke bulan, seorang wanita yang meminum ramuan keabadian dan kini tinggal di istana bulan yang dingin, hanya ditemani oleh seekor kelinci giok.

Di Vietnam, anak-anak tumbuh dengan dongeng tentang Chú Cuội, seorang pria yang secara tidak sengaja ikut terbang ke bulan bersama pohon beringin ajaibnya. Kisah-kisah inilah yang ditenun ke dalam setiap kue bulan dan setiap cahaya lampion, memberikan jiwa pada perayaan ini.

Dari ritual kekaisaran kuno hingga barbeku keluarga modern, Festival Pertengahan Musim Gugur terus berevolusi. Namun, satu hal yang tidak pernah berubah, di bawah sinar rembulan yang sama, ia tetap menjadi pengingat yang kuat tentang pentingnya keluarga, rasa syukur, dan harapan yang menyatukan kita semua.

為提供您更好的網站服務,本網站使用cookies。

若您繼續瀏覽網頁即表示您同意我們的cookies政策,進一步了解隱私權政策。 

我了解