Skip to the main content block
::: Home| Panduan Website| Podcasts|
|
Language

Formosa Dream Chasers - Programs - RTI Radio Taiwan International-logo

Acara
| Ikhtisar
Kategori
Penyiar Pedoman Acara
Berita Terpopuler
繁體中文 简体中文 English Français Deutsch Indonesian 日本語 한국어 Русский Español ภาษาไทย Tiếng Việt Tagalog Bahasa Melayu Українська Panduan website

Pertarungan Para Raksasa: Babak Baru Drama Xi-Trump, TikTok Jadi Kartu As di Meja Perundingan  

13/10/2025 Perspektif
Perspektif
Perspektif

(Taiwan, ROC) --- Panggung global menahan napas. Setelah empat tahun saling menjaga jarak, dua pemimpin paling berpengaruh di planet ini, Xi Jin-ping (習近平) dari Tiongkok dan Donald Trump dari Amerika Serikat, akhirnya bersiap untuk bertatap muka.

Pertemuan krusial di sela-sela KTT APEC akhir Oktober ini bukan sekadar jabat tangan. Ini adalah pertaruhan tingkat tinggi yang bisa mengubah arah ekonomi dan politik dunia. Media Nikkei Asia telah mengupas drama di balik layar, dan inilah kepingan-kepingan puzzle yang paling menentukan.

 

Siapa yang Memegang Kendali? Perang Persepsi di Balik Kesepakatan TikTok

Di tengah semua manuver politik, sorotan utama tertuju pada saga TikTok. Kesepakatan yang sedang dirancang ini bisa menjadi penentu siapa yang akan tersenyum paling akhir.

Skenarionya, aplikasi TikTok versi AS akan dioperasikan oleh perusahaan baru yang berbasis di Amerika, membangun ulang algoritmanya, dengan Oracle dan sekutunya memegang mayoritas saham, sementara kepemilikan ByteDance dipaksa menyusut hingga di bawah 20%.

Alicia Garcia-Herrero, seorang kepala ekonom di Natixis, melihat ini sebagai sebuah kemenangan taktis bagi Tiongkok. Menurutnya, dengan tercapainya kesepakatan ini, maka Amerika Serikat berhutang sesuatu kepada Tiongkok, yang bisa dimanfaatkan Beijing untuk menekan konsesi lain, seperti pemotongan tarif fentanil.

Namun, pandangan berbeda datang dari James Zimmerman, mantan Ketua Kamar Dagang Amerika di Tiongkok. Ia melontarkan kritik pedas, menyebut pembicaraan ini sebagai bencana bagi Gedung Putih.

James Zimmerman pesimis, melihat tidak ada kemajuan nyata dalam isu-isu vital seperti pembelian kedelai AS yang dibekukan atau pasokan logam tanah jarang.

"Yang lebih mungkin terjadi adalah Trump diberi pelajaran dari awal sampai akhir. Sekarang Beijing berharap untuk mendapatkan keuntungan dan akan menunda segala sesuatu sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan," ujarnya.

 

Jalan Berliku Menuju Kesepakatan Perdagangan

Janji pertemuan ini tidak datang dari ruang hampa. Di balik layar, para negosiator kedua negara telah melakoni maraton perundingan di Jenewa, London, Stockholm, dan Madrid.

Puncaknya adalah percakapan telepon antara kedua pemimpin pada 19 September 2025, yang tak hanya mencairkan ketegangan tetapi juga melahirkan pengumuman pertemuan APEC dari mulut Donald Trump sendiri.

Analis senior Jeremy Chan melihat ini sebagai cerminan keinginan kedua pemimpin untuk mempertahankan dialog. Ini adalah langkah awal untuk menciptakan kondisi bagi kesepakatan yang lebih substansial, yang mungkin baru akan diumumkan saat Donald Trump benar-benar menginjakkan kaki di Beijing kelak.

 

Mesin Ekonomi Tiongkok yang Mulai Batuk

Di tengah pertarungan geopolitik ini, kondisi internal Tiongkok sedang tidak baik-baik saja. Mesin ekonominya menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Pertumbuhan penjualan ritel dan ekspor melambat tajam pada Agustus. Meskipun Beijing belum mengeluarkan jurus stimulus raksasa, banyak yang menduga langkah-langkah penyelamatan ekonomi akan segera digulirkan.

Neil Shearing dari Capital Economics menilai dampak tarif AS terhadap PDB Tiongkok sebenarnya tidak separah yang dibayangkan, hanya sekitar 6% dalam beberapa tahun.

Namun, ia memperingatkan, "Masalah sebenarnya adalah, bagian lain dari ekonomi (Tiongkok) semuanya lemah."

Selama ini, ekspor menjadi satu-satunya penopang yang kokoh. "Jika ekspor melemah, tidak ada yang bisa mengimbanginya." Inilah yang membuat posisi Xi menjadi lebih mendesak.

 

Pertaruhan Ego dan Warisan Sejarah

Pada akhirnya, ini adalah pertarungan antara dua agenda besar. Seperti yang diungkapkan oleh Neil Thomas dari Asia Society, "Donald Trump ingin menunjukkan bahwa ia bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan dari Tiongkok daripada para pendahulunya." Di sisi lain, Xi Jin-ping ingin meredakan tekanan yang disebabkan oleh sanksi dan kontrol ekspor AS terhadap ekonomi Tiongkok.

Dengan tenggat waktu penangguhan tarif pada 10 November dan kesepakatan TikTok pada 16 Desember yang semakin dekat, Arthur Kroeber dari Gavekal Dragonomics meramalkan, "Akan ada lebih banyak tawar-menawar setelah ini."

Akankah ada kesepakatan nyata di APEC, mungkin berupa kesepakatan tarif dengan imbalan pembelian produk pertanian AS? Atau ini hanyalah awal dari permainan catur yang lebih panjang dan rumit? Seluruh dunia menunggu langkah pertama di papan permainan APEC.

為提供您更好的網站服務,本網站使用cookies。

若您繼續瀏覽網頁即表示您同意我們的cookies政策,進一步了解隱私權政策。 

我了解