(Taiwan, ROC) --- Tiongkok baru-baru ini memperluas kontrolnya terhadap ekspor tanah jarang, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran global. Meskipun industri semikonduktor Taiwan belum terdampak secara langsung, tetapi implikasi tidak langsungnya tetap signifikan. Menanggapi situasi ini, Kementerian Urusan Ekonomi (MOEA) Taiwan telah mengambil inisiatif proaktif dengan meluncurkan program daur ulang limbah elektronik untuk memurnikan tanah jarang.
Program ini bertujuan untuk mengubah limbah menjadi sumber daya berharga, tetapi muncul pertanyaan krusial, apakah kapasitas teknologi Taiwan saat ini memadai, dan aspek-aspek penting apa saja yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi?
Perang Komoditas Tanah Jarang Kian Memanas, MOEA Ambil Sikap
Tanah jarang adalah komponen vital dalam berbagai industri strategis, mulai dari semikonduktor, kendaraan listrik dengan motor berefisiensi tinggi, drone, hingga aplikasi pertahanan seperti jet tempur dan kapal selam.
Meskipun digunakan dalam jumlah kecil, perannya sangat krusial, menjadikannya bumbu rahasia di balik produk teknologi tinggi. Proses pemurnian tanah jarang secara tradisional dikenal boros energi dan menghasilkan polusi tinggi karena penggunaan asam dan basa kuat.
Kondisi ini menyebabkan negara-negara maju di Eropa dan Amerika menarik diri dari industri tersebut, membuka jalan bagi Tiongkok untuk mendominasi pasar global.
Sejak perang dagang AS-Tiongkok pada tahun 2018, tanah jarang secara bertahap menjadi sorotan utama dalam geopolitik.
Setelah mengumumkan kontrol terhadap tujuh jenis tanah jarang menengah-berat dan bahan magnet permanen terkait pada April tahun ini, Tiongkok kembali memperluas pembatasan pada 9 Oktober 2025, mencakup lima jenis logam tanah jarang menengah-berat, paduan, serta produk dan peralatan terkait.
Meskipun dampak langsung terhadap semikonduktor Taiwan terbatas, tetapi sektor-sektor seperti drone dan kendaraan listrik dipastikan akan terpengaruh.
Menteri MOEA Kung Ming-hsin (龔明鑫) menyatakan bahwa selain bekerja sama dengan komunitas internasional, Taiwan akan mempercepat rencana pemurnian tanah jarang melalui ekonomi sirkular.
Program yang semula dijadwalkan pada tahun 2028 ini kini dimajukan ke tahun depan. Diharapkan, teknologi yang dikembangkan oleh Institut Riset Teknologi Industri (ITRI) dapat segera ditransfer ke produsen swasta, mendorong daur ulang limbah elektronik untuk memurnikan tanah jarang, meningkatkan kapasitas produksi secara cepat, dan menjamin keamanan pasokan Taiwan.
"Berdasarkan perkiraan saat ini, kebutuhan tanah jarang kita per tahun sekitar 1.500 ton metrik. Kami berharap setidaknya sebelum tahun 2030, bagian yang dapat kita penuhi sendiri dapat mencapai 500 ton metrik," ujar Menteri MOEA.
Beliau menambahkan bahwa sudah ada perusahaan yang menunjukkan minat untuk transfer teknologi ini.
MOEA Proaktif Kembangkan Teknologi, Kemurnian Pemurnian Skala Kilogram Capai 99,9%
Mengingat Taiwan tidak memiliki sumber daya tanah jarang sendiri, dan melihat komoditas ini semakin terlibat dalam persaingan AS-Tiongkok serta gejolak geopolitik, Direktorat Teknologi Industri MOEA telah merancang strategi antisipatif.
Sejak tahun 2023, investasi sebesar NT$1 miliar telah digelontorkan untuk menugaskan ITRI melaksanakan Program Pengembangan Teknologi Kunci dan Aplikasi Otonomi Bahan Baku Tanah Jarang. Program empat tahun ini bertujuan mengembangkan teknologi pemurnian tanah jarang dan mentransfernya ke industri domestik.
ITRI menjelaskan bahwa fokus utama program ini adalah dua logam tanah jarang, Neodymium (Nd) dan Dysprosium (Dy), yang ditemukan dalam magnet. Para peneliti berupaya memurnikannya dari bijih tanah jarang berkemurnian rendah dan limbah elektronik.
Melalui proses tiga tahap, mereka berhasil menghasilkan oksida tanah jarang berkemurnian tinggi, logam tanah jarang, dan akhirnya paduan tanah jarang, yaitu bahan magnet permanen Neodymium-Besi-Boron (NdFeB).
Saat ini, ITRI telah sukses memurnikan oksida dan logam tanah jarang dengan kemurnian 99,9% dari bahan awal berkemurnian 5%, dalam skala kilogram.
ITRI juga menekankan bahwa mandat dari MOEA tidak hanya berfokus pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, program ini mengadopsi teknologi daur ulang air limbah dan asam limbah yang sebelumnya diterapkan ITRI dalam industri semikonduktor dan optoelektronik.
Hasilnya, produksi limbah cair telah berkurang hingga setengahnya, dan konsumsi energi turun 20%. Diharapkan, sebelum program berakhir tahun depan, konsumsi energi dapat berkurang hingga 30%.
Perlu Lingkungan Daur Ulang Komprehensif untuk Kapasitas Pemurnian yang Stabil
Selain kematangan teknologi dan minat dari produsen, Taiwan juga harus melengkapi berbagai lingkungan dan proses pendukung sebelum meningkatkan kapasitas produksi tanah jarang.
Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman di tempat pembongkaran limbah umum mengenai item tanah jarang dalam limbah elektronik. Pola pikir tradisional mereka cenderung menghancurkan dan membongkar limbah secara massal, lalu mengklasifikasikan dan menjualnya, tanpa kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendaur ulang item tanah jarang secara spesifik.
Akibatnya, operator pemurnian di hilir akan kesulitan mendapatkan bahan baku yang stabil.
Beberapa akademisi menyarankan perlunya upaya lintas kementerian untuk mensistematisasi proses dan item daur ulang tanah jarang. Harmonisasi regulasi terkait juga krusial untuk memastikan sumber bahan baku pemurnian yang stabil dan proses produksi yang jelas. Langkah-langkah ini penting untuk meningkatkan insentif ekonomi dan melengkapi rantai industri secara menyeluruh.
Saat ini, banyak negara yang menyadari kekhawatiran terkait kontrol tanah jarang telah memulai kembali eksplorasi, penambangan, dan pemurnian. Namun, tingkat teknologi terkait masih membutuhkan waktu untuk ditingkatkan.
Taiwan, di satu sisi, harus bekerja sama dengan negara-negara terkait untuk merespons tantangan global ini. Di sisi lain, dalam membangun kapasitas domestik, selain memajukan penelitian dan pengembangan teknologi, Taiwan juga harus menerapkan pemikiran ke depan yang komprehensif, disertai dengan berbagai langkah pendukung, untuk memastikan perencanaan yang matang dan berkelanjutan.