(Taiwan, ROC) --- Terletak strategis di jantung Taipei, berdekatan dengan Jembatan Zhongxiao dan tepi Sungai Tamsui, Perumahan Xining (西寧國宅) adalah salah satu ikon perumahan publik yang dikenal luas. Namun, di balik lokasinya yang prima, nama Xining Guozhai di internet justru lebih sering dikaitkan dengan narasi rumah angker, hantu ganas, dan fengshui buruk.
Bangunan ini, yang usianya relatif muda dibandingkan struktur lain di Taipei, seolah memikul beban sejarah kelam yang sulit terhapus, bahkan dengan renovasi atau perbaikan sederhana.

Nama Xining Guozhai di internet justru lebih sering dikaitkan dengan narasi rumah angker, hantu ganas, dan fengshui buruk. Foto: NTUL
Prolog Tragis: Insiden Lift Maut yang Mengerikan
Seolah meramalkan serangkaian insiden malang di kemudian hari, sebuah tragedi aneh telah membayangi Perumahan Xining sejak masa mudanya. Tepat pada tahun 1987, hanya tujuh tahun setelah diresmikan, dua lift di Gedung B Perumahan Xining mengalami kerusakan fatal.
Dua pemuda yang terjebak di lift nomor 4, setelah membuka pintu darurat, mendengar teriakan dari lift nomor 3 di sebelahnya. Mereka bergegas menyelamatkan dua wanita dan seorang anak dari lift tersebut.
Namun, dalam kekacauan ruang sempit itu, anak yang baru saja diselamatkan secara misterius menghilang. Polisi yang tiba kemudian menyadari kejanggalan dan memerintahkan pembukaan poros lift di ruang bawah tanah. Betapa terkejutnya mereka saat menemukan anak itu tergeletak sekarat setelah terjatuh dari ketinggian lantai enam belas. Meskipun sempat diselamatkan, nyawanya tak tertolong, menandai salah satu tragedi paling awal yang mencoreng reputasi Xining.
Insiden lift ini memicu perdebatan publik tentang fasilitas dan lingkungan Perumahan Xining. Bangunan yang baru berusia tujuh tahun itu sudah menunjukkan berbagai kerusakan, dari kebocoran air, retakan dinding, hingga gerbang besi seberat ratusan kilogram yang hampir lepas. Ironisnya, perumahan ini dibangun untuk mengatasi masalah publik di lokasi tersebut, tetapi justru menciptakan serangkaian bahaya baru tanpa adanya pihak yang bertanggung jawab.

Sejak tahun 1960-an, rencana relokasi pasar terus tertunda, memperparah kondisi. Kemacetan lalu lintas di daerah Taipei bagian barat yang padat menjadi tak terhindarkan. Foto: NTUL
Dari Pasar Grosir Menjadi Pusat Kontroversi
Sejarah lokasi Perumahan Xining berawal pada tahun 1920-an, ketika populasi Taipei melampaui 300.000 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, pada tahun 1929 didirikanlah Pasar Grosir Pusat di lahan kosong yang kini ditempati Xining Guozhai dan Pusat Olahraga Wanhua.
Pasar ini berfungsi sebagai kulkas besar bagi seluruh warga Taipei, dilengkapi fasilitas penjualan sayuran, ikan, ruang pendingin, dan pabrik es.
Namun, pasca-perang, "kulkas besar" ini mulai menghadapi masalah serius. Ruang yang terbatas semakin sesak oleh peningkatan populasi dan kebutuhan bahan makanan setelah tahun 1949.
Pasar yang dulunya teladan, berubah menjadi tempat kumuh di mana para petani berebut posisi, seringkali berujung pada pertengkaran fisik. Kebersihan dan sanitasi memburuk drastic, tumpukan sampah dan air limbah berbau amis menjadi pemandangan sehari-hari.
Seorang reporter pada tahun 1965 bahkan menggambarkan pemandangan mengerikan, "Saya berjalan berjinjit melewati genangan darah yang mengalir... Seorang pria dengan kaki besar menginjak meja ikan, sibuk menarik pelanggan."
Sejak tahun 1960-an, rencana relokasi pasar terus tertunda, memperparah kondisi. Kemacetan lalu lintas di daerah Taipei bagian barat yang padat menjadi tak terhindarkan.
Pada tahun 1970-an, sebelum pasar baru di Jalan Dongyuan selesai dibangun, Pasar Pusat juga diwarnai serangkaian insiden kriminal, pembunuhan, ancaman, kebakaran, penyelewengan, hingga suap. Berbagai peristiwa aneh terjadi silih berganti.
Pada tahun 1975, setelah pasar baru di Jalan Dongyuan rampung, lahan bekas Pasar Pusat memicu perdebatan. Ide pembangunan Sekolah Dasar Zhongxing pada tahun 1960-an digantikan oleh rencana ambisius pemerintah Kota Taipei, yakni membangun perumahan umum bertingkat.
Mengingat aksesibilitas dan harga tanah yang tinggi, diputuskan untuk membangun dua gedung perumahan umum setinggi enam belas lantai. Lantai satu dan dua dialokasikan untuk tujuan komersial, sementara sisanya menjadi unit perumahan nasional, dengan total lebih dari lima ratus unit.
Inilah alasan mengapa Perumahan Xining tidak hanya sekadar perumahan umum, tetapi juga gedung tinggi.
Keputusan ini tidak luput dari kritik. Beberapa pejabat berpendapat bahwa pembangunan perumahan bertingkat tinggi di wilayah Taipei barat yang sudah padat hanya akan memperburuk kualitas hidup dan menyia-nyiakan kesempatan untuk menata ulang fasilitas umum. Sayangnya, suara-suara ini diabaikan.
Pembangunan Perumahan Xining, yang sempat tertunda akibat kesalahan survei geologi, akhirnya selesai pada tahun 1981. Namun, masalah segera muncul. Para pedagang memprotes desain pasar bawah tanah yang tidak sesuai dan menolak pindah.
Lebih parah lagi, proyek ini terungkap diwarnai kolusi antara pabrik konstruksi dan pejabat. Pemeriksaan awal menemukan lebih dari seratus item yang tidak memenuhi syarat, dan perbaikan dilakukan dengan pemalsuan dokumen untuk mendapatkan persetujuan palsu. Pada tahun 1983, sembilan pejabat dan pengusaha didakwa dan dihukum.

Pasar yang dulunya teladan, berubah menjadi tempat kumuh di mana para petani berebut posisi, seringkali berujung pada pertengkaran fisik. Kebersihan dan sanitasi memburuk drastis. Foto: NTUL
Rangkaian Tragedi: Kutukan atau Kegagalan Sistemik?
Setelah insiden lift pada tahun 1987, serangkaian peristiwa tragis terus berlanjut. Pada tahun 1988, terjadi kasus pembunuhan berlatar cemburu yang menyisakan noda darah di seluruh tempat tidur. Akhir tahun 1991, sebuah mayat ditemukan di halaman tengah, disusul sebulan kemudian oleh seseorang yang jatuh dari puncak gedung. Sebulan setelahnya, seorang pria penderita kanker perut jatuh menimpa mobil wakil kepala kantor polisi Wuchang Street.
Pada tahun 2003, perumahan ini dikabarkan menjadi lokasi kematian akibat SARS. Setelah epidemi mereda dan gedung dibuka kembali, kurang dari setengah tahun kemudian, tiga orang lagi meninggal akibat jatuh dari gedung, sebagian besar adalah penderita penyakit kronis atau lansia.
Tahun 2004 mencatat delapan kasus bunuh diri, ditambah insiden lift yang menyebabkan seorang wanita terjatuh dari lantai 9 hingga lantai 1. Dari tahun 2005 hingga 2008, kasus bunuh diri masih terus dilaporkan setiap tahun.
Rangkaian tragedi ini memunculkan berbagai teori fengshui yang menuding bentuk dan arah bangunan sebagai penyebab kekacauan. Namun, penyelidikan mendalam mengungkapkan fakta yang berbeda. Sebagian besar kasus kematian fatal akibat jatuh bukan berasal dari penghuni setempat, melainkan individu dari luar yang sengaja datang untuk bunuh diri.
Mengapa Perumahan Xining menjadi pilihan? Penyelidik berspekulasi bahwa lokasinya yang dekat dengan rumah sakit, ketinggian yang memadai, kedekatan dengan Stasiun TMS (Taipei Main Station), dan yang terpenting, ketiadaan manajemen yang ketat. Bagi individu yang ingin mengakhiri hidup, Perumahan Xining menawarkan akses yang relatif mudah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Perumahan Xining sering disebut-sebut sebagai rumah angker dan menjadi lokasi favorit acara supranatural. Namun, penelusuran sejarah menunjukkan bahwa hampir tidak ada kasus pembunuhan yang terjadi di dalam unit hunian, dan sebagian besar korban adalah pihak luar.
Bahkan jika penghuni mengalami nasib buruk, penyebabnya sebagian besar adalah kecelakaan keselamatan publik. Pertanyaan besar pun muncul, apakah rentetan kemalangan di Perumahan Xining benar-benar disebabkan oleh hantu atau fengshui yang buruk?
Atau, apakah keanehan yang menyelimuti bangunan ini adalah konsekuensi dari kesalahan manusia, masalah keselamatan publik, dan kegagalan manajemen yang secara tidak langsung menciptakan serangkaian tragedi?