Pada tahun 1979, saat pertama kali mengenal teknologi GPS, Kao Min-huan langsung melihat potensi besar di baliknya. Di usia 40 tahun, ia mendirikan Garmin dan memimpin perusahaan itu selama tiga dekade, menjadikannya pelopor GPS dunia. Di bawah kepemimpinannya, Garmin memperluas inovasi dari langit, laut, hingga darat, menjangkau berbagai bidang mulai dari penerbangan hingga perangkat wearable.
Ketika Garmin berdiri pada 1989, banyak yang pesimis terhadap masa depan GPS, terutama setelah tragedi pesawat ulang-alik Challenger. Namun Kao yang mempelajari radar, satelit, dan komunikasi nirkabel memiliki visi yang revolusioner. Ia bahkan telah membayangkan jam tangan GPS sejak tiga dekade lalu, jauh sebelum teknologi itu populer.
Sebagai pemimpin, Kao dikenal rendah hati dan penuh empati. Ia selalu menyesuaikan jadwal rapat dengan karyawan, menyapa insinyur muda saat makan siang, dan menolak fasilitas mewah. Semua staf Garmin, termasuk direktur, naik kelas ekonomi tanpa terkecuali. Dalam pengambilan keputusan, ia memberi kepercayaan penuh pada tim dan tidak pernah menyalahkan bawahan ketika hasil kurang baik.
Meski bersikap lembut, Kao tajam dalam bisnis. Ia cepat menghentikan proyek ponsel GPS yang tak kompetitif dan mengalihkan fokus ke sektor otomotif serta wearable — langkah yang menyelamatkan Garmin di era smartphone. Prinsip kehati-hatiannya membuat Garmin nyaris tanpa utang, bahkan mampu menyimpan lebih dari dua miliar dolar AS sebagai cadangan kas dan terus membayar dividen stabil bagi pemegang saham.
Meski hidupnya bergelimang harta, Kao tetap hidup sederhana dan memilih berkontribusi pada pendidikan. Ia menyumbang jutaan dolar untuk universitas di AS dan membangun perpustakaan di kampung halamannya di Nantou, Taiwan. Kisah Kao bersama Garmin membuktikan bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari seberapa tinggi kita terbang, melainkan dari seberapa kokoh kita berdiri saat “hari hujan” tiba.